IBADAH-IBADAH KHUSUS WANITA KETIKA HAID

Posted by Unknown Kamis, 07 Maret 2013 0 komentar
1. Memperbanyak istighfar dan bertaubat pada Allah
Keutamaan istighfar antara lain: mengangkat derajat manusia, memperluas rezeki, menimbulkan kekuatan dan kesehatan badan, menolak segala bentuk musibah dan bencana, menyejukkan hati, menarik cinta Allah. Demikian keutamaan istighfar dan taubat yg bisa dilakukan wanita meskipun ia sedang kedatangan haid, asalkan tdk dilakukan dg shalat terlebih dahulu.
2. Memenuhi hak-hak suami
Antara lain :
- menaati suami selama tdk mengajak pd kemaksiatan
- merawar rmh dan menjaga harta suami
- tdk berpuasa sunah tanpa sepengetahuan dan izin suami
- tdk mengizinkan ssorg masuk ke dlm rmh tanpa izin suami dan tdk keluar rmh tanpa izin suami
- tdk berbicra kpd org lain yg bukan mahram, kcwli ats izin suami
- sll menghiasi diri dg qana'ah, tdk menuntut suami diluar kebutuhan dan sll bersyukur kpd suami
- melayani suami dan mengatur rmh tangga
Menyusui, merawat dan mendidik anak dg penuh kesabaran, lemah lembut dan kasih sayang
- menjaga agama, kehormatan dan perasaan suami
3. Membasahi lisan dg dzikir
- membaca tahlil
- membaca tasbih
- membaca tahmid
- membaca takbir
- membaca laahaulawalaaquwwata illaa billaahi
- membaca istighfar
- membaca shalawat kpd Nabi Muhamad SAW
Demikian bbrapa dzikir yg mudah diucapkan, ttp memiliki faedah dan pahala yg luar biasa, dan pastinya dpt dikerjakan oleh wanita kapanpun, meskipun ia sedang kedatangan haid.
4. Memperbanyak sedekah
5. Menyambung tali silaturahmi
6. Berbakti pada orangtua
7. Menghadiri majelis-majelis ilmu

Itula beberapa ibadah yg bisa dilakukan wanita ketika haid. Sebenarnya masih banyak ibadah2 lain yg bisa dikerjakan. Namun, yg terpenting bukan banyak sedikitnya ibadah, ttp komitmen dan kesungguhan wanitalah yg akan membuat terus melakukan ibadah dalam kondisi apapun. Semoga wanita bisa memanfaatkan waktu haid utk tetap melaksanakan ibadah kpd-Nya. Amin..........

SURAT DARI SEORANG IBU

Posted by Unknown 0 komentar
Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ... Surat ini benar-benar menyentuh hati saya. ketika membaca tulisan ini saya merasa trenyuh dan larut dalam suasana haru. Terbayang wajah ibu saya, yang telah melahirkan, mendidik, dan membesarkan dengan penuh kasih sayang. Ibu adalah yang terbaik bagiku. Tak pernah ada kata tidak untuk kami anak-anaknya ketika meminta sesuatu.

Semoga Allah membalas kebaikan ibu dengan pahala yang besar. Semoga Allah senantiasa membimbing dan memberi petunjuk kepada saya untuk selalu memperlakukan ibu dengan baik serta mengasihinya sebagaimana ibu mengasihi kami, anak-anaknya.

Robbigh firlii waliwaalidayya warhamhumaa kamaa robbayaanii soghiiroo

Silahkan dibaca ..............

Assalamu'alaikum, ..
Segala puji Ibu panjatkan kehadirat Allah ta'ala yang telah memudahkan Ibu untuk beribadah kepada-Nya. Shalawat serta salam Ibu sampaikan kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, keluarga dan para sahabatnya. Amin...

Wahai anakku,

Surat ini datang dari Ibumu yang selalu dirundung sengsara... Setelah berpikir panjang Ibu mencoba untuk menulis dan menggoreskan pena, sekalipun keraguan dan rasa malu menyelimuti diri. Setiap kali menulis, setiap kali itu pula gores tulisan terhalang oleh tangis, dan setiap kali menitikkan air mata setiap itu pula hati terluka...

Wahai anakku!

Sepanjang masa yang telah engkau lewati, kulihat engkau telah menjadi laki-laki dewasa, laki-laki yang cerdas dan bijak! Karenanya engkau pantas membaca tulisan ini, sekalipun nantinya engkau remas kertas ini lalu engkau merobeknya, sebagaimana sebelumnya engkau telah remas hati dan telah engkau robek pula perasaanku.

Wahai anakku...

25 tahun telah berlalu, dan tahun-tahun itu merupakan tahun kebahagiaan dalam kehidupanku. Suatu ketika dokter datang menyampaikan kabar tentang kehamilanku dan semua ibu sangat mengetahui arti kalimat tersebut. Bercampur rasa gembira dan bahagia dalam diri ini sebagaimana ia adalah awal mula dari perubahan fisik dan emosi...

Semenjak kabar gembira tersebut aku membawamu 9 bulan. Tidur, berdiri, makan dan bernafas dalam kesulitan. Akan tetapi itu semua tidak mengurangi cinta dan kasih sayangku kepadamu, bahkan ia tumbuh bersama berjalannya waktu.

Aku mengandungmu, wahai anakku! Pada kondisi lemah di atas lemah, bersamaan dengan itu aku begitu grmbira tatkala merasakan melihat terjangan kakimu dan balikan badanmu di perutku. Aku merasa puas setiap aku menimbang diriku, karena semakin hari semakin bertambah berat perutku, berarti engkau sehat wal afiat dalam rahimku.

Penderitaan yang berkepanjangan menderaku, sampailah saat itu, ketika fajar pada malam itu, yang aku tidak dapat tidur dan memejamkan mataku barang sekejap pun. Aku merasakan sakit yang tidak tertahankan dan rasa takut yang tidak bisa dilukiskan.

Sakit itu terus berlanjut sehingga membuatku tidak dapat lagi menangis. Sebanyak itu pula aku melihat kematian menari-nari di pelupuk mataku, hingga tibalah waktunya engkau keluar ke dunia. Engkau pun lahir... Tangisku bercampur dengan tangismu, air mata kebahagiaan. Dengan semua itu, sirna semua keletihan dan kesedihan, hilang semua sakit dan penderitaan, bahkan kasihku padamu semakin bertambah dengan bertambah kuatnya sakit. Aku raih dirimu sebelum aku meraih minuman, aku peluk cium dirimu sebelum meneguk satu tetes air yang ada di kerongkonganku.

Wahai anakku... telah berlalu tahun dari usiamu, aku membawamu dengan hatiku dan memandikanmu dengan kedua tangan kasih sayangku. Saripati hidupku kuberikan kepadamu. Aku tidak tidur demi tidurmu, berletih demi kebahagiaanmu.

Harapanku pada setiap harinya; agar aku melihat senyumanmu. Kebahagiaanku setiap saat adalah celotehmu dalam meminta sesuatu, agar aku berbuat sesuatu untukmu... itulah kebahagiaanku!

Kemudian, berlalulah waktu. Hari berganti hari, bulan berganti bulan dan tahun berganti tahun. Selama itu pula aku setia menjadi pelayanmu yang tidak pernah lalai, menjadi dayangmu yang tidak pernah berhenti, dan menjadi pekerjamu yang tidak pernah mengenal lelah serta mendo'akan selalu kebaikan dan taufiq untukmu.

Aku selalu memperhatikan dirimu hari demi hari hingga engkau menjadi dewasa. Badanmu yang tegap, ototmu yang kekar, kumis dan jambang tipis yang telah menghiasi wajahmu, telah menambah ketampananmu. Tatkala itu aku mulai melirik ke kiri dan ke kanan demi mencari pasangan hidupmu.

Semakin dekat hari perkawinanmu, semakin dekat pula hari kepergianmu. saat itu pula hatiku mulai serasa teriris-iris, air mataku mengalir, entah apa rasanya hati ini. Bahagia telah bercampur dengan duka, tangis telah bercampur pula dengan tawa. Bahagia karena engkau mendapatkan pasangan dan sedih karena engkau pelipur hatiku akan berpisah denganku.

Waktu berlalu seakan-akan aku menyeretnya dengan berat. Kiranya setelah perkawinan itu aku tidak lagi mengenal dirimu, senyummu yang selama ini menjadi pelipur duka dan kesedihan, sekarang telah sirna bagaikan matahari yang ditutupi oleh kegelapan malam. Tawamu yang selama ini kujadikan buluh perindu, sekarang telah tenggelam seperti batu yang dijatuhkan ke dalam kolam yang hening, dengan dedaunan yang berguguran. Aku benar-benar tidak mengenalmu lagi karena engkau telah melupakanku dan melupakan hakku.

Terasa lama hari-hari yang kulewati hanya untuk ingin melihat rupamu. Detik demi detik kuhitung demi mendengarkan suaramu. Akan tetapi penantian kurasakan sangat panjang. Aku selalu berdiri di pintu hanya untuk melihat dan menanti kedatanganmu. Setiap kali berderit pintu aku manyangka bahwa engkaulah orang yang datang itu. Setiap kali telepon berdering aku merasa bahwa engkaulah yang menelepon. Setiap suara kendaraan yang lewat aku merasa bahwa engkaulah yang datang.

Akan tetapi, semua itu tidak ada. Penantianku sia-sia dan harapanku hancur berkeping, yang ada hanya keputusasaan. Yang tersisa hanyalah kesedihan dari semua keletihan yang selama ini kurasakan. Sambil menangisi diri dan nasib yang memang telah ditakdirkan oleh-Nya.

Anakku... ibumu ini tidaklah meminta banyak, dan tidaklah menagih kepadamu yang bukan-bukan. Yang Ibu pinta, jadikan ibumu sebagai sahabat dalam kehidupanmu. Jadikanlah ibumu yang malang ini sebagai pembantu di rumahmu, agar bisa juga aku menatap wajahmu, agar Ibu teringat pula dengan hari-hari bahagia masa kecilmu.

Dan Ibu memohon kepadamu, Nak! Janganlah engkau memasang jerat permusuhan denganku, jangan engkau buang wajahmu ketika Ibu hendak memandang wajahmu!!

Yang Ibu tagih kepadamu, jadikanlah rumah ibumu, salah satu tempat persinggahanmu, agar engkau dapat sekali-kali singgah ke sana sekalipun hanya satu detik. Jangan jadikan ia sebagai tempat sampah yang tidak pernah engkau kunjungi, atau sekiranya terpaksa engkau datangi sambil engkau tutup hidungmu dan engkaupun berlalu pergi.

Anakku, telah bungkuk pula punggungku. Bergemetar tanganku, karena badanku telah dimakan oleh usia dan digerogoti oleh penyakit... Berdiri seharusnya dipapah, dudukpun seharusnya dibopong, sekalipun begitu cintaku kepadamu masih seperti dulu... Masih seperti lautan yang tidak pernah kering. Masih seperti angin yang tidak pernah berhenti.

Sekiranya engkau dimuliakan satu hari saja oleh seseorang, niscaya engkau akan balas kebaikannya dengan kebaikan setimpal. Sedangkan kepada ibumu... Mana balas budimu, nak!? Mana balasan baikmu! Bukankah air susu seharusnya dibalas dengan air susu serupa?! Akan tetapi kenapa nak! Susu yang Ibu berikan engkau balas dengan tuba. Bukankah Allah ta'ala telah berfirman, "Bukankah balasan kebaikan kecuali dengan kebaikan pula?!" (QS. Ar Rahman: 60) Sampai begitu keraskah hatimu, dan sudah begitu jauhkah dirimu?! Setelah berlalunya hari dan berselangnya waktu?!

Wahai anakku, setiap kali aku mendengar bahwa engkau bahagia dengan hidupmu, setiap itu pula bertambah kebahagiaanku. Bagaimana tidak, engkau adalah buah dari kedua tanganku, engkaulah hasil dari keletihanku. Engkaulah laba dari semua usahaku! Kiranya dosa apa yang telah kuperbuat sehingga engkau jadikan diriku musuh bebuyutanmu?! Pernahkah aku berbuat khilaf dalam salah satu waktu selama bergaul denganmu, atau pernahkah aku berbuat lalai dalam melayanimu?

Terus, jika tidak demikian, sulitkah bagimu menjadikan statusku sebagai budak dan pembantu yang paling hina dari sekian banyak pembantu dan budakmu. Semua mereka telah mendapatkan upahnya!? Mana upah yang layak untukku wahai anakku!

Dapatkah engkau berikan sedikit perlindungan kepadaku di bawah naungan kebesaranmu? Dapatkah engkau menganugerahkan sedikit kasih sayangmu demi mengobati derita orang tua yang malang ini? Sedangkan Allah ta'ala mencintai orang yang berbuat baik.

Wahai anakku!! Aku hanya ingin melihat wajahmu, dan aku tidak menginginkan yang lain.

Wahai anakku! Hatiku teriris, air mataku mengalir, sedangkan engkau sehat wal afiat. Orang-orang sering mengatakan bahwa engkau seorang laki-laki supel, dermawan, dan berbudi. Anakku... Tidak tersentuhkah hatimu terhadap seorang wanita tua yang lemah, tidak terenyuhkah jiwamu melihat orang tua yang telah renta ini, ia binasa dimakan oleh rindu, berselimutkan kesedihan dan berpakaian kedukaan!? Bukan karena apa-apa?! Akan tetapi hanya karena engkau telah berhasil mengalirkan air matanya... Hanya karena engkau telah membalasnya dengan luka di hatinya... hanya karena engkau telah pandai menikam dirinya dengan belati durhakamu tepat menghujam jantungnya... hanya karena engkau telah berhasil pula memutuskan tali silaturrahim?!

Wahai anakku, ibumu inilah sebenarnya pintu surga bagimu. Maka titilah jembatan itu menujunya, lewatilah jalannya dengan senyuman yang manis, pemaafan dan balas budi yang baik. Semoga aku bertemu denganmu di sana dengan kasih sayang Allah ta'ala, sebagaimana dalam hadits: "Orang tua adalah pintu surga yang di tengah. Sekiranya engkau mau, maka sia-siakanlah pintu itu atau jagalah!!" (HR. Ahmad)

Anakku. Aku sangat mengenalmu, tahu sifat dan akhlakmu. Semenjak engkau telah beranjak dewasa saat itu pula tamak dan labamu kepada pahala dan surga begitu tinggi. Engkau selalu bercerita tentang keutamaan shalat berjamaah dan shaf pertama. Engkau selalu berniat untuk berinfak dan bersedekah.

Akan tetapi, anakku! Mungkin ada satu hadits yang terlupakan olehmu! Satu keutamaan besar yang terlalaikan olehmu yaitu bahwa Nabi yang mulia shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: Dari Ibnu Mas'ud radhiallahu 'anhu berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, "Wahai Rasulullah, amal apa yang paling mulia? Beliau berkata: "Shalat pada waktunya", aku berkata: "Kemudian apa, wahai Rasulullah?" Beliau berkata: "Berbakti kepada kedua orang tua", dan aku berkata: "Kemudian, wahai Rasulullah!" Beliau menjawab, "Jihad di jalan Allah", lalu beliau diam. Sekiranya aku bertanya lagi, niscaya beliau akan menjawabnya. (Muttafaqun 'alaih)

Wahai anakku!! Ini aku, pahalamu, tanpa engkau bersusah payah untuk memerdekakan budak atau berletih dalam berinfak. Pernahkah engkau mendengar cerita seorang ayah yang telah meninggalkan keluarga dan anak-anaknya dan berangkat jauh dari negerinya untuk mencari tambang emas?! Setelah tiga puluh tahun dalam perantauan, kiranya yang ia bawa pulang hanya tangan hampa dan kegagalan. Dia telah gagal dalam usahanya. Setibanya di rumah, orang tersebut tidak lagi melihat gubuk reotnya, tetapi yang dilihatnya adalah sebuah perusahaan tambang emas yang besar. Berletih mencari emas di negeri orang kiranya, di sebelah gubuk reotnya orang mendirikan tambang emas.

Begitulah perumpamaanmu dengan kebaikan. Engkau berletih mencari pahala, engkau telah beramal banyak, tapi engkau telah lupa bahwa di dekatmu ada pahala yang maha besar. Di sampingmu ada orang yang dapat menghalangi atau mempercepat amalmu. Bukankah ridhoku adalah keridhoan Allah ta'ala, dan murkaku adalah kemurkaan-Nya?

Anakku, yang aku cemaskan terhadapmu, yang aku takutkan bahwa jangan-jangan engkaulah yang dimaksudkan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dalam sabdanya: "Merugilah seseorang, merugilah seseorang, merugilah seseorang", dikatakan, "Siapa dia,wahai Rasulullah?, "Orang yang mendapatkan kedua ayah ibunya ketika tua, dan tidak memasukkannya ke surga". (HR. Muslim)

Anakku... Aku tidak akan angkat keluhan ini ke langit dan aku tidak adukan duka ini kepada Allah, karena sekiranya keluhan ini telah membumbung menembus awan, melewati pintu-pintu langit, maka akan menimpamu kebinasaan dan kesengsaraan yang tidak ada obatnya dan tidak ada tabib yang dapat menyembuhkannya. Aku tidak akan melakukannya, Nak!

Bagaimana aku akan melakukannya sedangkan engkau adalah jantung hatiku... Bagaimana ibumu ini kuat menengadahkan tangannya ke langit sedangkan engkau adalah pelipur laraku. Bagaimana Ibu tega melihatmu merana terkena do'a mustajab, padahal engkau bagiku adalah kebahagiaan hidupku.

Bangunlah Nak! Uban sudah mulai merambat di kepalamu. Akan berlalu masa hingga engkau akan menjadi tua pula, dan al jaza' min jinsil amal... "Engkau akan memetik sesuai dengan apa yang engkau tanam..." Aku tidak ingin engkau nantinya menulis surat yang sama kepada anak-anakmu, engkau tulis dengan air matamu sebagaimana aku menulisnya dengan air mata itu pula kepadamu.

Wahai anakku, bertaqwalah kepada Allah pada ibumu, peganglah kakinya!! Sesungguhnya surga di kakinya. Basuhlah air matanya, balurlah kesedihannya, kencangkan tulang ringkihnya, dan kokohkan badannya yang telah lapuk.Anakku... Setelah engkau membaca surat ini,terserah padamu! Apakah engkau sadar dan akan kembali atau engkau ingin merobeknya.

Wassalam,
Ibumu

**[Diketik ulang dari buku 'Kutitip Surat Ini Untukmu' karya Ustadz Armen Halim Naro, Lc rahimahullah]

~ o ~

Semoga bermanfaat dan Dapat Diambil Hikmah-Nya ... —

KETIKA ENGKAU TELAH BERUSIA 40 TAHUN

Posted by Unknown 0 komentar
Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ... “Jika engkau telah berusia empat puluh tahun, maka segeralah untuk memperbanyak amal shaleh siang maupun malam. Sebab, waktu pertemuanmu dengan Allah ‘Azza wa Jalla semakin dekat. Ibadah yang kau kerjakan saat ini tidak mampu menyamai ibadah seorang pemuda yang tidak menyia-nyiakan masa mudanya. Bukankah selama ini kau sia-siakan masa muda dan kekuatanmu. Andaikata saat ini kau ingin beramal sekuat-kuatnya, tenagamu sudah tidak mendukung lagi”.

Oleh karena itu beramallah sesuai kekuatanmu. Perbaikilah masa lalumu dengan banyak berdzikir, sebab tidak ada amal yang lebih mudah dari dzikir. Dzikir dapat kamu lakukan ketika berdiri, duduk, berbaring maupun sakit. Dzikir adalah ibadah yang paling mudah.

Rasulullah saw bersabda :
“Dan hendaklah lisanmu basah dengan berdzikir kepada Allah swt.”

Bacalah secara berkesinambungan doa’ dan dzikir papa pun yang mudah bagimu. Pada hakikatnya engkau dapat berdzikir kepada Allah swt adalah karena kebaikannya. Ia akan mengaruniamu”

“Ketahuilah, sebuah umur yang awalnya disia-siakan, seyogyanya sisanya dimanfaatkan. Jika seorang ibu memiliki sepuluh anak dan sembilan diantaranya meninggal dunia. Tentu ia akan lebih mencintai satu-satunya anak yang masih hidup itu. Kamu telah menyia-nyiakan sebagian besar umurmu, oleh karena itu jagalah sisa umurmu yang sangat sedikit itu. Demi Allah, sesungguhnya umurmu bukanlah umur yang dihitung sejak engkau lahir, tetapi umurmu adalah umur yang dihitung sejak hari pertama engkau mengenal Allah swt”.

“Seseorang yang telah mendekati ajalnya ( berusia lanjut ) dan ingin memperbaiki segala kekurangannya di masa lalu, hendaknya dia banyak membaca dzikir yang ringkas tetapi berpahala besar. Dzikir semacam itu akan membuat sisa umur yang pendek menjadi panjang.

Jika sebelumnya kau sedikit melakukan shalat dan puasa sunah, maka perbaikilah kekuranganmu dengan banyak bershalawat kepada Rasulullah saw. Andaikata sepanjang hidupmu engkau melakukan segala jenis ketaatan dan kemudian Allah swt bershalawat kepadamu sekali saja, maka satu shalawat Allah ini akan mengalahkan semua amalmu itu.

Sebab, engkau bershalawat kepada Rasulullah sesuai dengan kekuatanmu, sedangkan Allah swt bershalawat kepadamu sesuai dengan kebesaran-Nya. Ini jika Allah swt bershalawat kepadamu sekali, lalu bagaimana jika Allah swt membalas setiap shalawatmu dengan sepuluh shalawat sebagaimana yang disebutkan dalam sebuah Hadits Shahih?

Betapa indah hidup ini jika kau isi dengan ketaatan kepada Allah swt, dengan berdzikir kepada-Nya dan bershalawat kepada Rasulullah saw.”

“Orang yang menggunakan masa sehatnya untuk bermaksiat kepada Allah swt adalah seperti seorang anak yang mendapat warisan dari ayahnya sebesar seribu dinar, kemudian ia gunakan semua uang itu untuk membeli ular dan kalajengking yang sangat berbisa yang kemudian mengelilingi dan menggigitnya. Bukankah ular dan kalajengking tersebut akan membunuhnya? Kamu gunakan masa sehatmu untuk bermaksiat kepada Allah swt, maka nilaimu adalah seperti burung pemakan bangkai yang terbang berkeliling mencari bangkai, dimana pun ia dapatkan, maka ia segera mendarat.

Wallahu a'lam bishawwab ...
Veea Poetry

::: Nasehat Imam Ibnu Athaillah :::

~ o ~

Semoga bermanfaat dan Dapat Diambil Hikmah-Nya ....

Seandaikan Lelaki Tahu

Posted by Unknown 0 komentar
Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ... Andai lelaki tahu..Apabila seorang perempuan jatuh cinta,lelaki itu tidak semestinya punya segalanya tetapi lelaki itu adalah segalanya di hatinya.

Andai lelaki tahu..Apabila seorang perempuan itu mengalirkan air mata, itu bukan bermakna dia lemah, tetapi dia sedang mencari kekuatan untuk terus tabah mencintai lelaki itu.

Andai lelaki tahu..Apabila seorang perempuan marah, memang dia tidak mampu mengawal perasaannya tapi percayalah, itu maknanya dia sangat mengambil berat dan menyayangi lelaki itu. Lihat saja pasangan yang baru bercinta, mereka jarang berantem. Tetapi percayalah semakin bertambah sayang mereka pada seseorang, semakin pula banyak sesuatu yang terjadi.

Andai lelaki tahu..Apabila perempuan cerewet, dia tidak pernah bermaksud untuk membuat anda risih, tapi dia mahu lelaki mengenalinya dengan lebih dekat.

Andai lelaki tahu..Apabila perempuan berkata dia mau kamu berubah, itu bukan bermakna dia tidak mahu menerima kamu seadanya, tetapi dia mahu menjadikan anda lebih baik, bukan untuk dirinya, tetapi untuk masa depan anda.

Andai lelaki tahu..Apabila perempuan cemburu dan tidak percayakan kamu, bukan bermakna dia tidak sayang..tetapi dia terlalu sayangkan kamu dan masih mengangap kamu anak kecil yang masih memerlukan sepenuh perhatian. terkadang dia terlalu risau sekiranya terlalu percaya, kamu akan mengkhianati kepercayaan yang diberi. Naluri keibuannya sangat kuat. Dia hanya mahukan yang terbaik untuk kamu .

Andai lelaki tahu..Apabila perempuan merajuk, jangan kata dia melebay-lebay. Dia bukannya mahu dipujuk dengan uang atau hadiah, tetapi cukup dengan perhatian yang boleh buat perempuan rasa dihargai.

Andai lelaki tahu..Apabila perempuan jarang mengatakan ‘i love u’, itu tidak bermaksud dia tidak mencintai kamu tetapi dia mahu lelaki itu merasai sendiri cintanya, bukan hanya hadir dari kata-kata tetapi juga melalui bahasa tubuhnya.

Andai lelaki tahu..Apabila perempuan kata dia rindu sama kamu, dia benar-benar maksudkannya.

Andai lelaki tahu..Apabila perempuan bilang lelaki lain itu lebih baik dari kamu, jangan percaya kata-katanya kerana dia hanya mau menguji kamu. Dia mahu melihat sejauh mana kamu sanggup menjadi yang terbaik di matanya. Walaupun sebenarnya memang kamulah yang terbaik di hatinya. Selagi dia denganmu, percayalah, walaupun perempuan menganggap masih ramai lagi yang lebih baik di matanya tetapi di hatinya, kamu tetap yang terbaik.

Andai lelaki tahu..Apabila perempuan menjadi tengking, dia bukan bermaksud untuk menjadi tengking, tapi dia mahu melihat sejauh mana lelaki itu mampu bersabar dengan sikanya. Percayalah, hati perempuan itu sangat lembut.

Andai lelaki tahu..Apabila perempuan berkata, “tolong tinggalkan saya!”, dia tidak bermaksud menyuruh anda pergi selamanya. Dia hanya mahu menenangkan fikirannya sebentar saja. Apabila dia kembali tenang, percayalah dia akan mencari anda semula. Itu tandanya dia benar-benar mencintai anda. Perempuan sulit untuk mengawal perasaan. Dia terlalu emosional. Tapi dialah yang paling menyayangi anda dan sangat sensitif dengan perubahan pada diri anda.

Andai lelaki tahu..Sememangnya Allah menciptakan lelaki dan perempuan itu dengan perbedaan yang tersendiri. Tetapi sekiranya mereka saling memahami, mereka akan saling melengkapi dan menyempurnakan . Perempuan itu diciptakan oleh Allah indah sekali. Di sebalik air matanya, tersimpan seribu satu kekuatan yang bakal menjadikan seorang lelaki itu merasa selamat bersamanya. Biarpun sebenarnya perempuan itu tampak lemah tapi dia punya kekuatan tersendiri yang bisa menggoncang dunia dan mungkin bisa pula membuat lelaki menjadi lemah kerananya. Jadi hargailah kehadiran seorang perempuan dalam hidup anda kerana dia didatangkan bukan dengan kelemahan sahaja tetapi dia juga ada kekuatan untuk menyongkong anda dan membuatkan hidup anda lebih sempurna. Dialah yang bakal menjadi perempuan bekerjaya, isteri juga ibu yang terbaik untuk anak2 anda.

Wallahu A'lam bishawab ..
Wabillahi Taufik Wal Hidayah, ...

Veea Poetry
Salam Terkasih ..
Dari Sahabat Untuk Sahabat ...

YA RABB, MATIKAN-LAH AKU DAN HIDUPKAN AYAHKU

Posted by Unknown 0 komentar
SEBUAH KISAH NYATA .. "YA RABB, MATIKAN-LAH AKU .. DAN HIDUPKAN AYAHKU"
Bismillahir-Rah­maanir-Rahim ... Pagi ini kubangun dengan cepat sebagaimana kebiasaanku.. walaupun ini hari libur, begitupula anakku Reem, terbiasa dengan bangun lebih pagi.

Lalu Saya duduk di ruang kerjaku dan mulai menyibukkan diri dengan buku-buku dan lembaran-lembar­an kertasku..

“Mama, apa yang kau tulis?”
“Saya menulis surat untuk Rabb, nak”
“Apakah kau mengizinkaku untuk membacanya mama?”
“Tidak anakku sayang, ini surat yang sangat special dan tidak kuizinkan siapa pun membacanya”

kukeluarkan Reem dari ruang kerjaku, dan dia sangat sedih, namun kuyakin ia telah terbiasa dengan perlakuan ku itu, karena penolakanku bukan sekali ini saja tapi telah berulang kali

Berlalu beberapa pekan kejadian itu, hingga suatu hari Saya masuk ke kamar Reem dan dia sangat terkejut gugup dengan kedatanganku … Ada apa?mengapa ia seperti itu?

“Reem…apa yang sedang kau tulis?”

Kuliahat ia makin gugup dan menjawab “ Tidak mama…ini sesuatu yang spesial”

Apa gerangan yang telah dituliskan seorang anak sembilan tahun, dan ia khawatir untuk kuketahui??!!

“ Saya menulis surat untuk Rabb, sepertimu ….”

Ucapannya terputus tiba-tiba, lalu ia meneruskan “ tapi…apakah yang kita tulis ini akan sampai pada-Nya mama?

“Tentu anakku…sesunggu­hnya Allah mengetahui segala sesuatu…”

Ia tetap tak mengizinkan ku membaca apa yang telah ditulisnya, Saya pun keluar dari kamarnya dan menemui suamiku Rasyid yang sedang sakit untuk membacakannya koran pagi sebagaimana biasanya, lisanku membaca baris demi baris isi koran namun fikiranku tak lepas dari anakku…ternyata­ Rasyid memperhatikan ekspresiku… dan menduga bahwa dirinya sebab kesedihanku… ia mencoba meyakinkanku untuk menghadirkan perawat untuknya… agar bebanku sedikit berkurang…

Ya Ilahi, sungguh Saya tak pernah berfikir demikian..kudek­ap dan kukecup kepalanya yang dipenuhi beban dan peluh karena memikirkan diri ini dan anaknya Reem..dan membuatku turut bersedih hari ini..lalu kusampaikan padanya sebab resah dan sedih ku…

Hari ini Reem kesekolah, dan ketika ia kembali kerumah ,dokter sedang terburu-buru memeriksa Ayahnya yang sakit, ia pun duduk disamping ayahnya memberi semangat dengan penuh cinta.

Sebelum Dokter beranjak pergi, ia menjelaskan kepadaku bahwa keadaan Rasyid semakin memburuk. dan seolah Saya lupa kalau Reem masihlah sangat kecil, hingga tanpa kasihan padanya Saya berterus terang bahwa hati ayahnya yang dipenuhi cinta untuk Reem kini telah melemah, dan ia hanya mampu bertahan hidup tidak lebih dari 3 pekan lagi. Hancur hati Reem, ia mulai menangis dan berkata :

“Mengapa semua ini menimpa Ayah? mengapa?”

“Doakanlah kesembuhan untuk Ayah Reem, kita harus melewati semua ini dengan tegar, dan tidak melupakan rahmat Allah, sungguh Dia Maha Kuasa atas segala yang terjadi..dan kau sudah besar..” Reem menyimak semua apa yang diucapkan Ibunya, berusaha menghilangkan kesedihannya, menepis jauh rasa sakitnya dan berusaha untuk tampak tegar, kemudian berkata : “ Ayah ku tak akan mati “

Setiap pagi Reem mencium pipi ayahnya yang hangat, namun pagi ini ia menciumnya dengan tatapan kasih penuh harap, dan berkata : “ Semoga suatu hari nanti kau bisa mengantarku seperti teman-temanku yang lain…” .

Ayahnya seketika diserbu keharuan dan kesedihan namun berusaha ia tutupi, ia berkata : “ InsyaAllah, akan datang hari dimana Saya akan mengantarmu Reem..” dan ia yakin ucapannya barusan tak akan pernah mampu menyempurnakan kebahagiaan putri kecilnya.

Kuantar Reem kesekolahnya, dan setiba di rumah tiba-tiba rasa ingin tahu akan surat yang ditulis Reem untuk Allah muncul, maka kumencari dikamarnya, namun setelah pencarian yang panjang ku tak menemukannya. Dimana surat itu???! Apakah ia merobek setelah menulisnya??!

Hah…mungkin di kardus ini, kardus yang ia minta dariku berulang kali, maka kukosongkan dan kuberikan padanya..Ya Ilahiy…kardus ini berisi surat yang sangat banyak…dan semuanya untuk Allah!

**Ya Rabb…Ya Rabb..matikanla­h anjing Sa’id tetangga kami …karena ia telah membuatku takut!!

**Ya Rabb...Biarkanl­ah kucing kami melahirkan anak yang banyak..menggan­tikan anak-anaknya yang banyak mati!!!

**Ya Rabb…Luluskanla­h sepupuku…karena­ Saya mencintainya!!

**Ya Rabb…Jadikanlah­ bunga-bunga di kebun kami tumbuh dengan cepat…untuk Saya petik dan berikan ke guruku tiap harinya!!

Dan banyak lagi surat-surat yang lain, yang begitu lugu ia tuliskan dan surat terakhir yang kubaca berbunyi :

**Ya Rabb..kuatkanla­h akal pembantu kami..agar tidak membebani ibuku..

Ya Ilahiy, semua suratnya telah terjawab, anjing tetangga kami telah mati lebih dari sepekan yang lalu, kucing kami pun telah melahirkan anak yang banyak, Ahmad telah lulus dengan nilai yang tinggi, bunga-bunga bermekaran dengan cepat, dan Reem memetiknya tiap hari untuk gurunya…

Ya Ilahiy, mengapa Reem tak menuliskan surat dan memohon untuk kesembuhan Ayahnya dari sakit??...!!

Sedih bercampur bingung meliputi hatiku…belum juga reda sampai Saya dikagetkan deringan telpon, pembantu kami mengangkatnya lalu memanggilku,

“ Nyonya…dari guru Reem..”
“Iya, ada apa bu?ada apa dengan Reem?apa dia melakukan sesuatu?”

Ia menyampaikan bahwa Reem jatuh dari lantai 4..ketika ia membawakan bunga gurunya yang tidak hadir di sekolah hari ini.. ia menjulurkan kepalanya dari balkon.. bunganya terjatuh…dan ia pun terjatuh..

Pukulan yang sangat keras bagiku tak mampu kuberbuat apapun begitu pula Rasyid..dan keterkejutan ini membuatnya tak mampu menggerakkan lisannya sejak hari itu

“Mengapa Reem harus meninggal…Saya sungguh tak mampu memikirkan kematian putriku tercinta..”

Dan kini seolah Saya menipu diriku sendiri dengan kesekolah Reem tiap pagi seperti mengantarnya, kukerjakan semua apa yang ia senangi untuk kulakukan, semua sudut rumah mengingatkanku padanya, senantiasa kuteringat suara tawa nya yang menghidupkan suasana di rumah ini.. beberapa tahun berlalu… namun terasa hanya beberapa hari saja…berjalan begitu lambat

Pagi hari jum’at…tiba-tib­a pembantu kami datang dan ia ketakutan berkata..bahwa ia mendengar suara berasal dari kamar Reem…Ya Ilahiy, apakah masuk akal kalau Reem kembali?? ini gila..

“Kamu mengkhayal..” Saya belum pernah menginjakkan kaki di kamar ini sejak kematian Reem..

Rasyid bersikeras agar Saya ke kamar Reem dan melihat ada apa disana..

Kumasukkan kunci di pintu dengan hati was-was …kubuka pintu dan tak sanggup mengendalikan diri..Saya duduk dan terus menangis…kuhemp­askan badanku di tempat tidurnya.. ahh… kenangan!!

Reem pernah menyampaikan berulang kali padaku kalau tempat tidurnya bergeser jika ia bergerak, dan mengeluarkan suara…dan Saya selalu lupa untuk memanggil tukang kayu untuk memperbaikinya…­tak ada guna lagi sekarang…

Tapi, dari mana asal suara tadi…ya, itu suara dari jatuhnya lukisan ayat kursi yang ia hias karena sangat semangat membacanya tiap hari sampai ia menghafalkannya­..

Ketika Saya mengangkatnya untuk memasang kembali, Saya menemukan secarik kertas yang ia taruh dibelakang lukisan…Ya Ilahiy, ini salah satu suratnya…Apa gerangan isi surat ini??!! dan mengapa Reem meletakkannya di belakang tulisan ayat mulia??!! surat ini salah satu dari surat-surat yang dituliskannya untuk Allah…dan di dalamnya tertulis :

**Ya Rabb…Ya Rabb..Matikanla­h Saya…dan hidupkanlah Ayahku…!!

--Kisah ini dikomentari oleh Syaikh Ayman as Samiy yang dituliskannya dengan tinta emas--

Assalamu ‘alaikum .. Kisah ini Saya baca sekitar dua tahun yang lalu, dan Saya bersumpah demi Allah tak akan meneteskan air mata ketika membacanya. Tapi, Demi Allah Saya menuliskan komentar ini dengan air mata yang bercucuran.

Sungguh mereka adalah orang-orang yang berhati besar. Bersedia mati untuk menghidupkan orang lain. Apakah dunia ini menghargai mereka? Apakah seluruh manusia tahu bahwa ada orang yang bersedia terbakar untuk orang lain? dan ada orang yang bersedia mati untuk umat ini?

---- ditarjim dari kisah asli arabic oleh ummu faari’ (29 juli 2007, peraduan yang indah )----

Wallahu’alam bishshawab, ..
Wabillahi Taufik Wal Hidayah, ...

Salam Terkasih ..
Dari Sahabat Untuk Sahabat ...
http://adf.ly/KRZkz

IBU, DUSTAMU BEGITU INDAH

Posted by Unknown 0 komentar
Bismillahir-Rah­ maanir-Rahim ... Cerita bermula ketika aku masih kecil, aku terlahir sebagai seorang anak laki-laki di sebuah keluarga yang miskin. Bahkan untuk makan saja, seringkali kekurangan. Ketika makan, ibu sering memberikan porsi nasinya untukku. Sambil memindahkan nasi ke mangkukku, ibu berkata :
“Makanlah nak, aku tidak lapar” ———-KEBOHONGAN IBU YANG PERTAMA

Ketika saya mulai tumbuh besar, ibu yang gigih sering meluangkan waktu senggangnya untuk pergi memancing di kolam dekat rumah, ibu berharap dari ikan hasil pancingan, ia bisa memberikan sedikit makanan bergizi untuk pertumbuhanku. Sepulang memancing, ibu memasak sup daging ikan yang segar dan mengundang selera. Sewaktu aku memakan sup ikan itu, ibu duduk disamping aku dan memakan sisa daging ikan yang masih menempel di tulang yang merupakan bekas sisa tulang ikan yang aku makan. Aku melihat ibu seperti itu, hati juga tersentuh, lalu menggunakan sumpitku dan memberikannya kepada ibuku. Tetapi ibu dengan cepat menolaknya, ia berkata :
“Makanlah nak, aku tidak suka makan ikan” ———- KEBOHONGAN IBU YANG KEDUA

Sekarang aku sudah masuk SMP, demi membiayai sekolah abang dan kakakku, ibu pergi ke koperasi untuk membawa sejumlah kotak korek api untuk ditempel, dan hasil tempelannya itu
membuahkan sedikit uang untuk menutupi kebutuhan hidup. Di kala musim dingin tiba, aku bangun dari tempat tidurku, melihat ibu masih bertumpu pada lilin kecil dan dengan gigihnya melanjutkan pekerjaannya menempel kotak korek api. Aku berkata :”Ibu, tidurlah, udah malam, besok pagi ibu masih harus kerja.” Ibu tersenyum dan berkata :
“Cepatlah tidur nak, aku tidak capek” ———- KEBOHONGAN IBU YANG KETIGA

Ketika ujian tiba, ibu meminta cuti kerja supaya dapat menemaniku pergi ujian. Ketika hari sudah siang, terik matahari mulai ibu yang tegar dan gigih menunggu aku di bawah terik matahari selama beberapa jam. Ketika lonceng berbunyi, menandakan ujian sudah selesai. Ibu dengan segera menyambutku dan menuangkan teh yang sudah disiapkan dalam botol yang dingin untukku. Teh yang begitu kental tidak dapat dibandingkan dengan kasih sayang yang jauh lebih kental. Melihat ibu yang dibanjiri peluh, aku segera memberikan gelasku untuk ibu sambil menyuruhnya minum. Ibu berkata :
“Minumlah nak, aku tidak haus!” ———- KEBOHONGAN IBU YANG KEEMPAT

Setelah kepergian ayah karena sakit, ibu yang malang harus merangkap sebagai ayah dan ibu. Dengan berpegang pada pekerjaan dia yang dulu, dia harus membiayai kebutuhan hidup sendiri.

Kehidupan keluarga kita pun semakin susah dan susah. Tiada hari tanpa penderitaan. Melihat kondisi keluarga yang semakin parah, ada paman yang baik hati yang tinggal di dekat rumahku pun membantu ibuku baik masalah besar maupun masalah kecil. Tetangga yang ada di sebelah rumah melihat kehidupan kita yang begitu sengsara, seringkali menasehati ibuku untuk menikah lagi. Tetapi ibu yang memang keras kepala tidak mengindahkan nasehat mereka, ibu berkata :
“Saya tidak butuh cinta” ———-KEBOHONGAN IBU YANG KELIMA

Setelah aku, kakakku dan abangku semuanya sudah tamat dari sekolah dan bekerja, ibu yang sudah tua sudah waktunya pensiun. Tetapi ibu tidak mau, ia rela untuk pergi ke pasar setiap pagi untuk jualan sedikit sayur untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kakakku dan abangku yang bekerja di luar kota sering mengirimkan sedikit uang untuk membantu memenuhi kebutuhan ibu, tetapi ibu bersikukuh tidak mau menerima uang tersebut. Malahan mengirim balik uang tersebut. Ibu berkata :
“ Anakku, Ibu masih punya duit” ———-KEBOHONGAN IBU YANG KEENAM

Setelah lulus dari S1, aku pun melanjutkan studi ke S2 dan kemudian memperoleh gelar master di sebuah universitas ternama di Amerika berkat sebuah beasiswa di sebuah perusahaan. Akhirnya aku pun bekerja di perusahaan itu. Dengan gaji yang lumayan tinggi, aku bermaksud membawa ibuku untuk menikmati hidup di Amerika. Tetapi ibu yang baik hati, bermaksud tidak mau merepotkan anaknya, ia berkata kepadaku “Maaf nak, Aku tidak terbiasa hidup di Negeri Orang” ———-KEBOHONGAN IBU YANG KETUJUH

Setelah memasuki usianya yang tua, ibu terkena penyakit kanker lambung, harus dirawat di rumah sakit, aku yang berada jauh di seberang samudra atlantik langsung segera pulang untuk menjenguk ibunda tercinta. Aku melihat ibu yang terbaring lemah di ranjangnya setelah menjalani operasi. Ibu yang kelihatan sangat tua, menatap aku dengan penuh kerinduan. Walaupun senyum yang tersebar di wajahnya terkesan agak kaku karena sakit yang ditahannya. Terlihat dengan jelas betapa penyakit itu menjamahi tubuh ibuku sehingga ibuku terlihat lemah dan kurus kering. Aku sambil menatap ibuku sambil berlinang air mata. Hatiku perih, sakit sekali melihat ibuku dalam kondisi ini. Tetapi ibu dengan tegarnya berkata :
“Jangan menangis anakku, Aku tidak kesakitan” ———-KEBOHONGAN IBU YANG KEDELAPAN.

Setelah mengucapkan kebohongannya yang kedelapan, ibuku tercinta menutup matanya untuk yang terakhir kalinya………….
Astaghfirullah,­ betapa begitu sibuknya kita hingga untuk sekedar mengingat ibu saja kita nyaris tak bisa, sekedar melantunkan doa untuk ibu kita dalam setiap ibadah juga seringkali lupa, adakah dia saat ini bahagia ? atau sedang sedih ? atau jangan-jangan sudah sangat rindu kehadiran kita ? atau bisa jadi dia sangat butuh doa dan amal sholeh kita saat ini karena ibu kita yang di seberang sana atau di Alam Penantian sana dia sedang kurang bahagia………” anakku, anakku, anakku…………kemar­ilah sejenak nak, aku rindu suaramu, aku butuh doamu, aku butuh keshalehanmu, nak………….. “

Wallahu A'lam bishawab ..
Wabillahi Taufik Wal Hidayah, ...

Salam Terkasih ..
Dari Sahabat Untuk Sahabat ... 
http://adf.ly/KRYzF

Jangan Pernah Menyakiti Wanita

Posted by Unknown 0 komentar
Seringkali wanita menangis karena pria, entah karena dikecewakan oleh sikapnya, atau dilukai dengan perkataannya, bahkan ditinggalkan.

Ada sebuah renungan yang mungkin sangat berarti untuk dibagikan pada seluruh sahabat agar lebih menghormati dan menghargai wanita.

Suatu hari, seorang pria berdoa dalam keadaan marah dan emosi. Ia sebal pada pasangannya yang seringkali menangis dan memanfaatkan air mata di setiap perdebatannya. Ia bosan. Sungguh bosan.

Tak mau terlibat dalam emosi yang negatif, iapun sujud dan berdoa, meminta pertolongan pada Tuhan.

"Tuhan, mengapa sih wanita sering menangis? Aku bosan dan jenuh melihat dan mendengarnya," keluh pria itu.

Jawab Tuhan kepadanya:

"Karena wanita itu unik. AKU menciptakannya tidak sama seperti kamu. Ia adalah makhluk yang istimewa.

KU kuatkan bahunya untuk menjaga anak-anakmu kelak

KU lembutkan hatinya untuk memberimu rasa aman

KU kuatkan rahimnya untuk menyimpan benih manusia

KU teguhkan pribadinya untuk terus berjuang saat yang lain menyerah

KU beri naluri untuk tetap menyayangi walau dikhianati dan disakiti oleh orang yang disayangi

KU hembuskan kasih sayang agar ia bisa mencurahimu dengan perhatian

KU buat matanya lentik karena ia akan menjadi jendela kedamaian

KU buat senyumnya merekah seperti mahkota bunga untuk membuatmu tetap mengingat indahnya dunia

KU buat tangannya terampil untuk menjagamu agar tak pernah kekurangan

Tapi jika suatu saat ia menangis...

Itu karena AKU memberikannya air mata untuk membasuh luka batin dan memberikan kekuatan yang baru. Bukanlah sebuah tanda kelemahan dan kekalahan."

Pria itupun tertegun sejenak. Diambilnya langkah bergegas, dipeluk dan diusapnya air mata di pipi orang yang dicintainya. "Aku akan membantumu menghapus luka batin itu..."

JADI => Jangan pernah menyakiti wanita...